Oleh:
Eka Putra
0605103010049
Pembimbing:
Dr. Ir. Husni. M.Agric.Sc
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Kumbang kelapa, Brontispa longissima
(Gestro) (Coleoptera: Chrysomalidae), merupakan salah satu hama yang paling
serius pada kelapa, Cocos nucifera L. (Arecales: Arecacae), dan beberapa
pohon hias (Liebergts dan Chapman 2004; Nakamura et al. 2006). kumbang
ini diyakini asli Indonesia dan Papua Nugini, namun saat ini sudah ada
ditemukan di Vietnam, Thailand, Filipina dan China`s provinsi Hainan (liebregts
dan Chapmen 2004; Nakamura et al;. 2006 Lu et al. 2008 ). Brontispa
longissima hidup di daun muda kelapa yang belum terbuka, larva merusak daun
dengan menggerogoti jaringan permukaan (Brown dan Green 1958).
Brontispa longissima Gestro (Coleoptera: Crhysomelidae)
merupakan salah satu hama utama perusak pucuk kelapa yang dilaporkan pertama
kali dari kepulauan Aru (Kep. Maluku) pada tahun 1885. Pada beberapa tahun
terakhir sejak serangan berat di Vietnam dan Maladewa (tahun 1999), hama ini
telah menyebar ke lebih 25 Negara di Asia, Australia dan kepulauan Pasifik
serta beberapa daerah di Indonesia. Pada awalnya hama ini tidak menimbulkan
masalah serius dan hanya terbatas pada beberapa wilayah tertentu, namun karena
daya mobilitas yang tinggi dan factor lingkungan yang mendukung hama ini
akhirnya menyebar hampir ke seluruh pertamanan kelapa di Indonesia (Alouw et al., 2006).
Hama
ini termasuk salah satu kumbang daun, karena baik imago dan larva memakan daun
tanaman kelapa. Hama ini merupakan hama yang sangat berbahaya, larva dan imago
umumnya sering dijumpai pada bagian daun kelapa yang masih menggulung (janur)
dan lebih menyukai tanaman kelapa yang masih pada stadia vegetatif. Larva dan
serangga dewasa memakan lapisan epidermis daun sehingga menyebabkan
terbentuknya garis-garis memenjang. Pada serangan ringan, kerusakan yang
ditimbulkan berupa hilangnya jaringan permukaan daun. Pada serangan berat yaitu
apabila serangan terjadi pada lebih dari delapan daun maka akan mempengaruhi
tingkat produktivitas buah kelapa (Kalshoven, 1981).
B.
longissima sudah sejak
lama menjadi hama penting pada tanaman kelapa di Indonesia. Pada tahun 1929 hama ini menyerang dan
menyebabkan kematian ribuan tanaman kelapa di Sulawesi Tenggara. Pada tahun
1939 hama ini juga meyerang tanaman kelapa di Pulau Adonaria, Flores dan pada
tahun 1940 telah menyebabkan kematian lebih kurang 55.000 di Blitar (Kalshoven,
1981).
Fase
perkembangan serangga ini tejadi melalui empat tahap, yaitu telur, larva, pupa
dan imago (Kalshoven, 1981). Serangga dewasa meletakkan telur dengan panjang
1.4 mm dan lebar 0.5 mm secara berurutan pada lipatan anak daun tanaman kelapa.
Telur berwarna coklat, diletakkan secara longitudinal pada garis-garis parutan
dari jaringan epidermis daun yang dilingkari oleh kotoran dan bekas tubuh
imago. Telur akan menetas
minimum setelah 3-4 hari dan maksimum 4-7 hari secara berurutan (Sing &
Rethinan, 2005). Perkembangan dari telur sampai menjadi imago membutuhkan waktu
sekitar lima sampai tujuh minggu di Jawa dan Sulawesi (Kalshoven, 1981).
Larva
serangga ini berwarna keputih-putihan, tidak begitu aktif bergerak dan
cenderung menghindari cahaya. Pupa terletak secara bebas diantara lembaran daun
yang masih menggulung. Secara terbatas, pupa mampu berpindah dengan cara berguling
diantara permukaan lembaran daun. Imago B.
longissima (panjang 7.5-10mm dan lebar 1.502 mm). matang dan meletakkan
telur setelah dua minggu sejak keluar dari pupa. Imago serangga ini hidup
selama 2 bulan. Kemampuan imago betina meletakkan talur yaitu 120 telur selama
beberpa minggu (Kalshoven, 1981). Kumbang ini bersifat nocturnal dan dapat
terbang, hidup dalam lipatan daun dan berpindah serta bergerak dari satu sisi
kesisi lainnya hanya untuk makan dan meletakkan telur (Shing & Rethinan,
2005).
1.2 Identifikasi Masalah
Apakah pemberian beberapa
jenis makanan akan berdampak terhadap perkembangan kumbang Brontispa longissima.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak
pemberian beberapa jenis makanan perkembangan kumbang B. Longissima.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biologi Brontispa longissima
Klasifikasi serangga hama Brontispa longissima menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai
berikut.
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Hexapoda
Ordo :
Coleoptera
Famili : Chrysomelidae
Genus :
Brontispa
Spesies :
Longissima
Nama Ilmiah : Brontispa
longissima
Brontispa
longissima merupakan
salah satu hama penting pada tanaman kelapa. Hama ini berasal dari Indonesia, pertama sekali
terjadi serangan di kepulauan Aru pada tahun 1985. Di Indonesia, Malaysia dan
kepulauan Fasifik, hama ini memiliki telur dengan ukuran panjang 9 mm. Banyak
dari varietas lokal yang telah diserang oleh B. longissima khusus nya di Wolan, salah satu pulau di kepulauan
Aru (Hosang et al., 2007).
Hama ini termasuk salah satu
kumbang daun, karena baik imago dan larva memakan daun tanaman kelapa. Hama ini
merupakan hama yang sangat berbahaya, larva dan imago dapat dijumpai pada
bagian daun pucuk kelapa yang masih muda dan menggulung (janur) dan lebih
menyukai kelapa usia vegetatif. Kumbang ini memakan lapisan epidemis daun
sehingga menyebabkan terbentuknya garis-garis memanjang. Pada serangan ringan, kerusakan yang ditimbulkan
berupa hilangnya jaringan permukaan daun. Pada serangan berat yaitu apabila
serangan terjadi lebih dari delapan daun maka akan mempengaruhi tingkat
produktivitas buah kelapa (Kalshovelen, 1981).
Jumlah instar larva biasanya
lima, tapi ada yang enam, tergantung faktor seperti spesies tanaman inang
(Voegele 1989; Winotai et al). 2007. Intensitas Serangan dari kumbang kelapa
mengakibatkan daun coklat dan penurunan produksi buah (Liebregts dan Chapman
2004; Nakamura et al. 2006). Di Asia Tenggara, kelapa memiliki banyak digunakan
dan merupakan tanaman penting yang mendukung sumber ekonomi, industri dan mata
pencaharian jutaan orang yang bergantung
pada pendapatan dari produk kelapa seperti kopra, minyak kelapa dan arang
tempurung kelapa (Liebergts dan Chapman 2004). Selain itu, pohon kelapa
menyediakan tanah yang signifikan untuk menutupi wilayah pesisir dengan tanah
miskin, dan komponen penting bisa dari lanskap di mana pariwisata memainkan
peran penting dalam perekonomian. Untuk melindungi kelapa dari kerusakan oleh B.
longissima, itu adalah perlu dilakukan untuk mempelajari metode untuk
mengontrol populasi kumbang di Asia Tenggara.
Brontispa longissima memiliki masa hidup relatif lama
dan umur panjang. Ketika kumbang dipelihara pada daun kelapa, memerlukan waktu 38
hari dari telur hingga munculnya imago, dan imago butuh waktu 57 hari (betina)
atau 65 hari (jantan) pada 28 0 C (Winotai et al. 2007).
2.2 Makanan Alternatif bagi B. Longissima
2.2.1 Penggunaan Thypa spp.
Meskipun B. longissima biasanya menyerang kelapa dalam
kondisi alami, tanaman selain kelapa juga dapat digunakan sebagai inang
alternatif untuk pemeliharaan hama ini. Berdasarkan hasil penelitian Winotai et
al, (2007) Thypa angustifolia bisa digunakan sebagai tanaman
alternatif untuk Pemeliharaan B. longissima. Thypa angustifolia adalah gulma yang umum
tumbuh di lahan basah di Thailand. Mereka menemukan bahwa larva B. longissima disediakan dengan T. angustifolia dikembangkan lebih cepat
dibandingkan dengan daun muda dari C. nucifera,
dan menyarankan bahwa T. angustifollia
akan menjadi tanaman inang alternatif untuk pemeliharaan B. longissima.
2.2.2 Penggunaan Washingtonia
filifera
2.3 Dampak Makanan Bagi Kumbang B.
Longissima
Makanan sebagai sumber
energi adalah salah satu komponen esensial untuk kelangsungan hidup yang dapat membatasi pertumbuhan
populasi serangga (Tarumingkeng, 2001). Kualitas makanan akan berpengaruh pada
pertumbuhan dan siklushidup serangga, siklus hidupnya akan lebih cepat
dibandingkan serangga yang kebutuhan nutrisinya tidak cukup (Susniahti et al., 2005 ).
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di
laboratorium Hama, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Darussalam
Banda Aceh.
4.2. Bahan dan Alat
Bahan yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah kumbang Brontispa
longissima, daun kelapa yang muda, daun kelapa yang tua, daun tanaman typha
sp, daun washingtonia filifera (bak Iboh) yang muda dan yang tua, tusu, aluminium
foil, alkohol dan air. Sedangkan alat yang digunakan adalah tabung reaksi
panjang 12 cm dan diameter 3 cm, gunting, stoples plastik berdiameter 19 cm dan
tinggi 5 cm, kuas kecil, tabung rol
film, kain kasa, mikroskop, pinset, lup, kertas merang, dan gelas ukur.
4.3. Pelaksanaan Penelitian
4.3.1. Pembiakan B. Longissima
Larva dan imago B. Longissima dikumpulkan dari lapangan dan dipelihara di
laboratorium. Pembiakan dilakukan dalam wadah pemeliharaan berupa stoples
plastik berdiameter 19 cm dan tinggi 5 cm yang berisi makanan, makanan yang tersisa dibuang setiap dua
hari dan diganti dengan makanan yang baru, bagian atas wadah ditutupi dengan
tutup stoples yang dipasang kawat plastik berlobang sebagai ventilasi. Telur
yang dihasilkan kumbang kemudian dipindahkan ke tabung reaksi dengan panjang 12
cm dan diameter 3 cm dan dipelihara hingga menjadi imago.
2.3.2. Perlakuan Pemberian Pakan yang Berbeda pada Brontispa longissima
Imago serangga B. longissima yang diambil dari lapangan di biakkan di
laboratorium dalam stoples plastik berdiameter 19 cm dan tinggi 5 cm sampai
bertelur yang diberikan makanan daun kelapa yang muda, daun kelapa yang tua,
daun tanaman Typha sp, daun Washingtonia filifera (bak Iboh) yang
muda dan yang tua. Telur yang
diletakkan oleh imago tersebut kemudian digunakan untuk penelitian. Telur
tersebut diletakkan dalam cawan petri yang dialasi dengan tisu. Setelah menetas
larva instar I dipindahkan kedalam tabung reaksi masing – masing sepuluh larva
setiap tabungnya. Larva dibiarkan di dalam tabung reaksi sampai menjadi imago. Makanan
diganti dua hari sekali sehingga makanan yang segar cukup tersedia setiap saat.
4.4. Peubah yang Diamati
I. Kumbang Brontispa longissima
a. Lama Perkembangan Stadia Larva
Pengamatan dilakukan mulai saat telur menetas
sampai larva menjadi pupa.
b.
Lama Perkembangan Stadia Pupa
Pengamatan dilakukan mulai dari pupa terbentuk sampai
muncul imago.
c. Lama
Perkembangan Stadia Imago
Pengamatan
dilakukan mulai imago muncul hingga imago mati.
d. Ukuran
Tubuh Imago
Pengamatan
dilakukan dengan mengukur tubuh imago
betina dan jantan.
e. Persentase
Pupa Terbentuk
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah larva yang
menjadi pupa
f. Persentase
Imago Yang Muncul
4.5. Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial.
Perlakuan yang dicobakan dalam penelitian ini adalah kumbang Brontispa
longissima mulai sejak telur sampai imago dengan makanan yang berbeda , yaitu 1= daun kelapa masih muda, 2= daun kelapa
yang hijau, 3= daun iboh yang muda, 4= daun iboh yang hijau, dan 5= daun tyhpa sp.
dengan 10 ulangan. Unit percobaan seluruhnya adalah 5 x 10 = 50 unit. Data dari setiap peubah
diolah dengan analisis ragam dan jika terdapat perbedaan antar perlakuan
dilanjutkan dengan Uji Nyata Terkecil (UNT / BNT) pada taraf 5% (Gomez &
Gomez, 1995).
DAFTAR PUSTAKA
Alouw, J. C., M. L. A.
Hosang & H. Novarianto. 2006. Kumbang pemakan daun kelapa Brontispa
longissima. Balai Penelitian
Tanaman Kelapa dan Palma. Manado.
Kalshovelen, L. G. E. 1981.
Pest of Crops In Indonesia.
(Edisi Terjemahan dan Revisi, P. A.a Vander Laan). PT. Ikhtisar Baru Van Hoeve.
Jakarta
Ai Yamashita, Amporn Winotai, & Keiji Takasu. 2008. Use of Mature
Leaves of Coconut Palm and Narrowleaf Cattail for Laboratory Rearing of the
Coconut Leaf Beetle Brontispa longissima.
Bull. Inst. Trop. Agr., Kyushu
Univ.